Belajar Kimia Lingkungan

  • This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • Pengasaman Air Laut

    Pada bagian ini akan diuraikan materi Pengasaman Air Laut

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Deforestasi

Selain polusi udara, deforestasi juga menjadi permasalahan lingkungan utama di Indonesia. Menurut Forest Watch Indonesia, selama tahun 2000 sampai 2017, tercatat Indonesia telah kehilangan hutan alam lebih dari 23 juta hektar atau setara dengan 75 kali luas provinsi Yogyakarta. Bahkan, menurut World Resources Institute, pada tahun 2019 Indonesia menempati posisi ketiga sebagai negara yang paling banyak kehilangan hutan hujan primer akibat deforestasi, yaitu sebanyak 324 ribu hektar.

Deforestasi yaitu kegiataan mengubah area hutan menjadi lahan tidak berhutan secara permanen, untuk aktivitas manusia. Secara tidak langsung, deforestasi mengubah fungsi hutan yang awalnya untuk pelestarian lingkungan serta ekosistemnya menjadi kepentingan manusia. Dalam perspektif ilmu kehutanan, deforestasi dimaknai sebagai situasi hilangnya tutupan hutan beserta atributnya yang berimplikasi pada hilangnya struktur dan fungsi hutan itu sendiri.


Penyebab

Penyebab utama adanya deforestasi adalah jumlah manusia yang semakin bertambah hingga memerlukan lahan untuk permukiman. Populasi manusia yang semakin meningkat saat ini menyebabkan terjadinya permintaan terhadap pangan yang semakin tinggi. Hal tersebut dapat dipenuhi dengan membuka lahan pertanian baru. Sebagai contohnya, Brasil membuka kebun-kebun kedelai baru dan gula secara masif dengan melakukan penebangan pada tegakan-tegakan hutan yang ada. Pengalih fungsian hutan sebagai kebun kelapa sawit juga menyebabkan hilangnya tutupan lahan.

Dampak

Jika deforestasi terus dilakukan pada dampak yang akan terjadi yakni hilangnya tutupan hutan hujan tropis yang menjadi habitat asli satwa dan tumbuhan. Spesies hewan dan tumbuhan pun bisa punah seiring dengan berjalannya waktu. Selain itu, daerah resapan air pun bisa hilang karena tak adanya hutan sebagai penjaga siklus air.

Penyebab

Pencegahan dapat dilakukan dengan penebangan sistem tebang pilih dan penanaman kembali. Sistem tebang pilih dapat tetap menjaga keberlangsungan ekosistem hutan dan fungsinya sebagai penyangga kehidupan. Deforestasi tidak akan menimbulkan kerugian selama dilakukannya pemanfaatan kembali yang efektif. Namun, hal tersebut akan merugikan jika lahan kosong tersebut tidak dilakukannya penanaman kembali sehingga menjadi gersang serta membahayakan saat musim hujan.



Deforestasi menjadi masalah penting karena hutan merupakan tempat penyimpanan dan daur ulang karbondioksida yang cukup besar. Lebih dari 300 miliar ton karbondioksida tersimpan di dalam hutan. Konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit dan pertambangan serta kebakaran hutan, diindikasikan masih menjadi penyebab utama terjadinya deforestasi di Indonesia.

Akibat deforestasi, karbondioksida tersebut akan terlepas ke atmosfer sehingga akan mempercepat perubahan iklim.

Share:

Kerusakan Pantai Akibat Abrasi

 

Kerusakan pantai di tanah air  akibat abrasi setiap tahun menunjukkan peningkatan.  Hasil survey 2007 dari 436,5 km di Bali telah mengalami abrasi sepanjang 91,070 km (20,8%). Kerusakan yang ditimbulkan oleh abrasi dapat mengancam keberadaan lahan produktif dan pariwisata serta menyebabkan bergesernya garis perbatasan dengan negara tetangga. Sementara alokasi dana penanganan tidak terlalu signifikan.

Kerusakan pantai umumnya diakibatkan oleh faktor alami dan antropogenik. Faktor alami berupa gelombang arus yang besar di sepanjang pantai sehingga dapat merusak ekosistem dan bangunan di daerah pantai. Faktor antropogenik oleh kegiatan masyarakat yang tidak mematuhi peraturan daerah dan kaidah yang berlaku.

Selain itu aktifitas penambangan pasir disekitar pantai juga semakin memperparah rusaknya pantai. Meningkatnya pertumbuhan penduduk membuat kebutuhan lahan semakin meningkat. Akibatnya daerah pantai menjadi tempat membangun rumah sehingga banyak kegiatan masyarakat yang dominan dilakukan didaerah pantai. Sementara pola kegiatan masyarakat yang tidak mengidahkan kaidah lingkungan yang berkalanjutan semakin memperparah rusaknya pantai. Rusaknya pantai juga  disebabkan rusaknya bangunan pelindung pantai terutama revetment. Rusaknya revetment disebabkan karena gempuran gelombang yang menghantam struktur sekaligus menggerus bagian bawah struktur sehingga mengurangi kekuatan struktur. Selain itu kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga struktur pelindung pantai juga menjadi penyebab rusaknya revetment dan struktur pelindung pantai yang lain.

Menurut Amron, peristiwan perubahan iklim disertai kenaikan permukaan air laut dapat menimbulkan abrasi pantai. Di sisi lain panjang garis pantai, yang kita miliki terlalu panjang. Sementara anggaran yang tersedia masih terbatas. Menyikapi masalah itu maka dibuatlah skala prioritas dalam menangani 20% dari total panjang garis pantai akibat abrasi. Adapun yang sudah dilakukan penanganan meliputi pantai barat Sumatera, Bengkulu, Pantai Selatan Jawa, Pantai Utara Jawa, Pantai Barat Kalimantan, Nusa Tenggara Timur dan Maluku.

Apa saja dampak yang ditimbulkan dari adanya abrasi?

Dampak Abrasi

Berikut ini adalah beberapa dampak yang dapat ditimbulkan dari adanya abrasi, diantaranya adalah:

  1. Penyusutan garis pantai sehingga lahan daratan utama semakin berkurang dan membahayakan masyarakat pesisir yang tinggal di pinggir pantai.
  2. Merusak hutan bakau di sepanjang pesisir pantai, sehingga memperbesar resiko bencana.
  3. Berkurangnya sumber daya ikan dan plasma nutfah karena rusaknya hutan bakau.

Dengan beberapa dampak abrasi yang telah dijelaskan diatas, diharapkan mampu menumbuhkan motivasi untuk lebih menjaga ekosistem dan kondisi pantai di Indonesia. Tidak hanya itu, masyarakat juga diharapkan mampu melakukan tindakan atau cara mencegah abrasi, yaitu dengan membuat geobag atau pengisian pasir yang dimasukkan kedalam karung dan ditumpuk di daerah belakang pembatas pantai.

Tetap terapkan pola hidup bersih dan sehat, serta segera mengungsi serta membawa tas bencana apabila kondisi antai telah mengalami abrasi dan membahayakan keselamatan diri dan masyarakat lain.

Share:

Berkurangnya Daerah Resapan Air

Jumlah air tanah sangat tergantung luasan dan kondisi lingkungan daerah resapan. Sebagai contoh daerah resapan luas dengan hutan lebat akan menghasilkan air tanah dengan jumlah yang besar. Daerah resapan berkaitan dengan tempat meresapnya air hujan yang kemudian akan menjadi cadangan air tanah. Daerah resapan air bagian hulu merupakan daerah resapan air yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian tata air, sebagai pelindung dari bahaya erosi, degradasi lingkungan, dan banjir di bagian hilir. 

Dengan berkurangnya daerah resapan air ini maka berbagai hal yang tidak diinginkan akan mudah terjadi seperti terjadinya banjir dan juga kekeringan di kemudian hari. Dahulu di kota besar, di sekitar sungai maka akan dapat ditemui daerah resapan air sehingga air hujan dapat masuk ke tanah dan tidak langsung mengalir ke sungai, sehingga tidak cepat meluap sebagai banjir. Nah, berkurangnya daerah resapan air ini tentu saja ada penyebabnya. Berikut ini merupakan beberapa penyebab berkurangnya daerah resapan air:

1. Pembangunan infrastruktur publik

Salah satu faktor penyebab berkurangnya daerah resapan air adalah karena berkembangnya pembangunan infrastruktur publik, seperti jalan aspal, tol, betonisasi jalan dan lain sebagainya. Dulu di sekitar jalan raya masih kita temukan ada lahan yang ditanami pohon atau minimal rumput. Namun sekarang di sekitar jalan sudah dibeton sehingga tidak ada tempat air untuk dapat meresap ke dalam tanah. Akibatnya, banyak jalan tergenang air ketika hujan turun dengan lebatnya.

2. Pembangunan pemukiman penduduk

Tidak bisa dipungkiri bahwa kebutuhan pemukiman penduduk semakin lama semakin banyak, terlebih di ibukota. Dulu, masyarakat membangun rumah ilegal di bantaran sungai, hal itu jelas akan mengganggu kesehatan lingkungan sungai. Namun, sekarang pemerintah merelokasi tempat tinggal mereka. Masyarakat pendatang tidak lagi tinggal di bantaran sungai, melainkan di rumah susun atau rumah lainnya yang disediakan pemerintah dengan harga yang murah. Nah, lahan untuk membangun perumahan warga inilah yang mengurangi daerah resapan air. Misalnya, yang mulanya adalah taman dengan pohon- pohon sekarang berubah menjadi rumah warga.

3. Penebangan pohon secara liar

Kita semua tahu bahwa fungsi pohon salah satunya adalah sebagai penyerap air dan pengunci air di dalam tanah. Namun, sekarang ini pohon sudah jarang kita temukan, terlebih di kota besar karena alasan tertentu. bahkan, di hutan pun sudah banyak orang yang menebang pohon tanpa izin. Hal ini tentu akan sangat mempengaruhi jenis siklus air. Air tidak dapat meresap ke dalam tanah dan bertahan lama di dalam tanah.


Semoga bermanfaat...

Share:

Laju Kerusakan Hutan Mangrove di Indonesia Tercepat di Dunia

Indonesia merupakan negara dengan hutan mangrove terluas di dunia, tetapi sekaligus penyumbang kerusakan hutan mangrove tertinggi di dunia. Sebagai informasi, Indonesia memiliki hutan mangrove dengan luas  3.496.768 ha yang tersebar dari pesisir Aceh hingga Papua. Luas hutan mangrove Indonesia mencakup 22.4 persen luasan mangrove dunia. 

Mangrove memiliki jasa ekosistem yang beragam seperti penyerapan karbon dan siklus nutrisi. Menurut Duke (2007) mangrove dapat memberikan manfaat langsung dan tidak langsung seperti penangkapan ikan yang ada disekitar hutan mangrove. Selain nilai internal dan keindahan mangrove, ekosistem mangrove menyediakan jasa, seperti mennyerap CO2 di udara, tempat perlindungan ikan, kepiting, kerang, sebagai zona padang lamun dan terumbu karang, melindungi masyarakat dari kenaikan muka air laut, badai, dan tsunami, dan lain-lain.

Data terbaru yang diperoleh dari Indonesia Maritime Institute pada tahun 2012 terdapat sebesar 48 persen atau 4,51 juta hektar hutan mangrove Indonesia masuk dalam kategori rusak sedang dan 23 persen atau 2,15 juta hektar dalam kategori rusak berat. Hal yang menjadi penyebab utama kerusakan hutan mangrove di Indonesia adalah akibat ulah manusia dalam bentuk kegiatan perluasan tambak dan penebangan kayu mangrove yang tidak terkontrol.

Terdapat tiga faktor utama penyebab kerusakan mangrove, yaitu pencemaran, konversi hutan mangrove yang kurang memperhatikan faktor lingkungan, dan penebangan yang berlebihan. Pencemaran seperti pencemaran minyak dan logam berat, konversi lahan untuk budidaya perikanan (tambak), pertanian (sawah dan perkebunan), jalan raya, industri, produksi garam dan pemukiman, pertambangan dan penggalian pasir.

Faktor kondisi sosial serta kurangnya pemahaman tentang fungsi dan manfaat mangrove juga berpengaruh terhadap kerusakan ekosistem mangrove. Hal ini secara langsung menimbulkan dampak ekologis yang mengancam kelestarian berbagai biota pesisir yang menjadikan hutan mangrove sebagai habitat.

Kira-kira, bagaimana solusi untuk mengatasi masalah alih fungsi hutan mangrove?

Berikut terdapat 3 upaya paling efisien yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan hutan mangrove:

1. Menggandakan bibit. Untuk bisa menyelamatkan hutang mangrove sebaiknya mengadakan penanaman bibit. Hal itu dikarenakan bibit yang ditanam di hutan mangrove tersebut langsung diambil dari alam atau mengandalkan pohon induk dari mangrove tersebut.

2. Memperhatikan kesehatan bibit. Untuk melihat seberapa bagus kualitas bibit mangrove tersebut bisa dilihat dari batang, cabang, daun maupun akarnya. Bibit yang sehat juga tidak mengalami kecacatan atau terkena hama tanaman.

3. Reboisasi. Setelah bibit diseleksi maupun diperiksa bisa dilakukan upaya reboisasi atau penanaman kembali hutan bakau yang telah rusak. Masyarakat pun harus terlibat dengan upaya reboisasi ini sebab yang akan mendapatkan manfaat dari reboisasi hutan mangrove adalah masyarakat tersebut.


Share:

Permasalahan dan Cara Mengatasi Pencemaran Air

Pencemaran air di Indonesia saat ini semakin memprihatinkan. Pencemaran air dapat diartikan sebagai suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Perubahan ini mengakibatkan menurunnya kualitas air hingga ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya. Fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dll juga mengakibatkan perubahan terhadap kualitas air, tapi dalam pengertian ini tidak dianggap sebagai pencemaran.

Pencemaran air di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh aktifitas manusia yang meninggalkan limbah pemukiman, limbah pertanian, dan limbah industri termasuk pertambangan. Limbah pemukiman mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan oleh daerah pemukiman atau rumah tangga. Limbah pemukiman ini bisa berupa sampah organik (kayu, daun dll), dan sampah nonorganik (plastik, logam, dan deterjen).

Dampak Pencemaran Air Terhadap Lingkungan

Dilansir dari Tempo, sisa hormon dari sampah bekas popok bayi dan pembalut yang dibuang di hilir kali Karangpilang dan Gunungsari, Surabaya, membuat sejumlah populasi ikan mandul dan mengembangkan kelamin ganda (interseks). Selain itu, akibat pencemaran sampah domestik lainnya membuat ikan-ikan di sungai dan kali Surabaya menderita cacat fisik dan gizi buruk.

Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Mengutip dari National Geographic, sekitar 85 persen dari populasi ikan smallmouth bass jantan dalam suaka satwa liar nasional di wilayah timur laut Amerika Serikat memproduksi sel telur yang bersarang di dalam testis mereka.

Dampak Pencemaran Air Terhadap Kesehatan 

Ada banyak penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air dan semua orang bisa terpengaruh. Namun bayi, anak-anak, lansia, dan wanita hamil, terutama mereka yang memiliki sistem imun lemah, sangat rentan terhadap penyakit akibat pencemaran air. Penyakit akibat pencemaran air seperti kolera, amebiasis, disentri, dan lain-lainnya.

Simak video berikut untuk mengetahui permasalahan air yang sering terjadi di Indonesia.

Bagaimana cara mengatasi masalah pencemaran air yang terjadi di Indonesia? 

Masalah pencemaran air adalah tanggung jawab kita bersama. Bukan hanya orang pribadi, pemerintah dan lembaga kemasyarakatan juga perlu terlibat dalam hal ini, mengingat dampak pencemaran air dapat menyebar dan bisa dirasakan oleh siapa saja. Berikut adalah beberapa cara mengatasi pencemaran air yang dapat Anda lakukan untuk membantu kelestarian sumber air kita dan mengambil langkah besar untuk kelangsungan kehidupan di masa yang akan datang.

1. Melakukan pengolahan limbah dengan benar.

2. Menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan.

3. Tidak membuang sampah di sungai atau sumber air lainnya.

4. Menggunakan detergen yang ramah lingkungan.

5. Rutin melakukan upaya pembersihan sumber air.

Share:

Dampak Banjir Terhadap Lingkungan

Bencana banjir tidak bisa di prediksi kapan terjadi, namun saat curah hujan tinggi biasanya sering menimbulkan bencna banjir. Bencana banjir bisa merugikan banyak orang sebab banjir bisa memberikan berbagai dampak, baik kesehatan ataupun terhadap lingkungan. Banjir yang terjadi umumnya bisa menimbulkan masalah kesehatan, masalah kesehatan yang terjadi biasanya masyarakat yang terkena dampak banjir akan terkena berbagai macam penyakit.

Selain itu bencana banjir juga bisa menyebabkan kerusakan infrastruktur dan tentu hal ini akan semakin merugikan. Oleh sebab itu penting bagi kita untuk mencegah terjadinya banjir. Banjir juga akan berdampak terhdap lingkungan, tidak sedikit masalah lingkungan yang timbul akibat terjadinya banjir.



Tahukah Anda apa dampak banjir terhadap lingkungan? Simak penjelasan berikut ini.


Dampak Banjir Terhadap Lingkungan

1.    Kerusakan Sarana dan Prasarana.

Bencana banjir bisa menimbulkan kerusakan sarana dan prasarana, karena banjir yang menerjang bisa merusak rumah penduduk, gedung, kendaraan dan juga merusak fasilitas sosial.

2.   Melumpuhkan Jalur Transportasi

Banjir yang meluap hingga di jalanan dapat menimbulkan masalah, salah satunya adalah lumpuhnya jalur transportasi. Sehingga warga baik pejalan kaki ataupun pengguna kendaraan tidak bisa melewati dan tentu hal ini akan menimbulkan kerugian.

3.    Pencemaran Lingkungan

Luapan air karena banjir akan membuat lingkungan menjadi kotor dan tidak sedikit sampah yang berserakan tentu hal ini akan mencemari lingkungan dan juga menimbulkan berbagai macam penyakit.


Semoga bermanfaat...

Share:

Pembalut Sekali Pakai, Penyumbang Sampah Yang Juga Berdampak Buruk Bagi Lingkungan

Pembalut sekali pakai disebut-sebut sebagai salah satu penyebab kerusakan alam dan lingkungan di muka bumi. Pasalnya, pembalut sekali pakai yang sudah digunakan akan dibuang dan berakhir di TPA. Seiring dengan berjalannya waktu, pembalut tersebut akan mengeluarkan gas metana yang berakibat pada pencemaran lingkungan.

Dilansir dari mongabay.co.id, berdasarkan penelitian dari Univercity of Exeter, metana adalah salah satu unsur dalam gas rumah kaca yang menyebabkan kenaikan temperatur dimuka bumi dan akan menyebabkan dampak pemanasan lebih jauh karena kekuatan metana 25x lipat dalam menyebabkan pemanasan global dibandingkan CO2.

Diketahui bahwa pembalut sekali pakai merupakan produk yang banyak digunakan perempuan di seluruh dunia. Anggap saja wanita merupakan 3-4 pembalut sekali pakai dalam sehari, lalu dikalikan dengan lama periode menstruasi. Bisakah Anda membayangkan berapa banyak sampah yang akan dihasilkan?

Berikut ini adalah beberapa informasi tentang dampak lingkungan yang ditimbulkan dari sampah pembalut sekali pakai:

1. Limbah plastik. Pembalut sekali pakai umumnya terbuat dari bahan plastik seperti polietilena, polipropilena, dan polivinil klorida. Plastik merupakan bahan yang sulit terurai di alam dan ketika pembalut sekali pakai dibuang ke tempat pembuangan akhir, mereka menyumbang pada akumulasi limbah plastik yang merusak lingkungan.

2. Waktu penguraian yang lama. Plastik dalam pembalut sekali pakai membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai di alam. Platik tersebut juga mengandung pemutih yang digunakan pada bantalannya, yang dapat mencemari tanah dan air.

3. Emisi karbon. Pembuatan pembalut sekali pakai juga berkontribusi pada emisi karbon. Proses produksi, transportasi, dan pembuangan sampah pembalut sekali pakai menghasilkan emisi gas rumah kaca yang berkontribusi pada prubahan iklim.

Cara aman untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan beralih pembalut sekali pakai menjadi pembalut kain atau menstrual cup. Namun, cara ini masih sulit dilakukan di Indonesia. Terdapat beberapa pertimbangan seperti agama atau keyakinan, budaya, ekonomi, dan kenyamanan saat menggunakannya.

Share:

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Deforestasi

Selain polusi udara, deforestasi juga menjadi permasalahan lingkungan utama di Indonesia. Menurut  Forest Watch Indonesia , selama tahun 200...

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.